Jumat, 16 Januari 2009

Sandaran Hati : Senandung Untuk Tuhan

Posted on 17.05 by Muhammad Najihuddin


Reformasi di Indonesia ternyata tidak hanya sebatas pada dunia politik. dunia musik pun ternyata juga mendapat pengaruh positif dari reformasi. Kebebasan berekspresi yang dituangkan dengan musik berkembang sangat pesat. Hal ini ditandai dengan semakin banyaknya aliran music yang mendapatkan ruang dalam masyarakat. Sambutan masyarakat dari berbagai lapisan terutama terwujud dalam banyaknya musisi baik solo maupun yang terafiliasi dalam suatu kelompok musik (grup band) baru. Letto adalah salah satu grup band yang dilahirkan
dilahirkan dalam kondisi ini. Komposisi yang unik dari masing-masing punggawanya serta kedekatannya dengan Kyai Kanjeng menjadikan Letto berani untuk menampilkan sesuatu yang beda dalam musik mereka, terutama terkait nuansa, semangat dan muatan lagu-lagunya.
Dalam lagu-lagu yang ada dalam album pertamanya, Letto memang benar-benar menampilkan sesuatu yang beda. Musik Indonesia yang selama ini didominasi dengan tema seputar romantisme dan percintaan, coba dihiasi oeh Letto dengan mengangkat masalah agama (khususnya ketuhanan) sebagai tema. Namun, hebatnya lagu-lagu ini dikemas dengan bahasa yang sederhana, tidak terpaku pada puitisasi, dan sangat mengena. Salah satu lagu dalam album pertama Letto yang punya karakteristik diatas adalah lagu yang berjudul Sandaran Hati. Sepintas lalu lagu ini seperti umumnya lagu di Indonesia yang mengangkat masalah percintaan sebagai tema. Akan tetapi jika ditelusuri dan diresapi, lagu ini memuat pesan bahwa jika manusia mau merenungi sejenak keberadaannya di dunia, akan didapati bahwa manusia sangatlah dekat dan senantiasa membutuhkan Tuhan. Atau sesuai dengan bahasa Letto , Tuhan sebagai sandaran hati yang hakiki.
Sandaran Hati : Senandung untuk Tuhan
Letto, sebagaimana musisi lain memang piawai menyembunyikan maksud di balik kata-kata yang menyusun suatu lagu. Dalam lagu sandaran hati ini, terutama pada baris pertama akan sangat sulit dideteksi bahwa inti dari lagu ini adalah kerinduan akan Tuhan. Pada baris pertama Noe , vokalis Letto yang menciptakan lagu ini, memulainya dengan suatu pertanyaan yang ditujukan kepada pribadi “yakinkah ku berdiri dihampa tanpa tepi?”. Pertanyaan memang redaksi yang sangat lazim dalam setiap suatu karya sastra, baik itu music ataupun bukan, tertulis maupun lesan. Kelaziman ini tidak lantas menjadikan lagu ini bernilai biasa. Justru penulis menilai bahwa Noe sangat paham akan keefktivitasan bentuk kalimat Tanya untuk menyampaikan maksud lagu ini pada para pendengar. Apalagi kalimat Tanya ini diajukan pada diri sendiri, yang berarti menuntut agar para pendengar melakukan semacam dialog pribadi yang dilanjutkan dengan kontemplasi. Tujuannya kurang lebih agar manusia paham tentang siapa sebenarnya dirinya. Sebab kalau dilihat dari segi waktu baik masa penulisan lagu maupun launchingnya, maka lagu ini dilahirkan ditengah demoralisasi yang terjadi dalam masyarakat. Sehingga menurut hemat penulis wajar jika Letto ingin mengajak para pendengarnya untuk menyadari hakikat kemanusiaannya. Caranya dengan menggunakan kalimat tanya yang dampak psikologisnya lebih terasa dan bersifat persuasif, daripada menggunakan bentuk kalimat berita atau perintah.
Setelah mengenal dirinya, dan tentunya setelah mengajukan sejumlah peertanyaan filosofis tentang diri dan kehidupannya maka akan timbul semacam pertanyaan mengenai siapa dzat yang telah menciptakannya. pertanyaan ini terekam dengan jelas dalam terusan syair diatas yang berbunyi ” bolehkah aku mendengarmu?.”. Mengenai kata ganti mu yang ada di sepanjang lagu ini juga ada sesuatu yang sangat menarik. Hampir semua kata ganti (pronominal –mu) tidak ditujukan siapa empunya secara spesifik. Apakah itu manusia atau dzat yang Maha tinggi? Gaya bahasa yang semacam ini dalam seni sastra Arab seringkali dikenal dengan istilah tasywiq.(Hasyimi,1982). Terjemah harfiahnya kurang lebih menimbulkan rasa penasaran.
Reff lagu, yang selalu diulang biasanya merupakan inti dari pesan yang ingin disampaikan pencipta lagu pada para pendengar. Dalam reff lagu sandaran hati terdapat repetisi, pengulangan kata “teringat ku teringat”. Adapun fungsi repetisi diantaranya adalah untuk memberikan penekanan yang lebih akan makna. Merunut pada hal ini maka akan ada dua penekanan terhadap makna. Pertama yang dihasilkan oleh reff, yang juga merupakan bentuk pengulangan terhadap keseluruhan suatu bait dalam lagu. Kedua adalah penekanan yang dihasilkan oleh repetisi yang ada dalam baris pertama. Dari sini terlihat bahwa makna yang ingin disampaikan adalah pentingnya kesadaran akan hakikat kemanusiaan dan kedekatannya dengan Tuhan .
Bait ini bagi penulis, juga mirip kesimpulan dari suatu silogisme . Premis awalnya ada pada kalimat tanya yang ada di bait pertama. Premis keduanya tidak disebutkan secara eksplisit dalam teks akan tetapi harus dipahami dari beberapa kalimat sekaligus. Sedangkan kesimpulannya ada pada kalimat “teringat ku teringat” ini.
Kalimat “teringat ku teringat” diteruskan dengan kalimat “pada janjimu kuterikat,hanya sekejap ku berdiri kulakukan sepenuh hati”. Pronominal –mu sperti pada kata janjimu inilah yang penulis maksudkan dengan bersifat ambigu sekaligus ambivalen. Bisa ditujukan kepada manusia ataupun Tuhan. Akan tetapi ambivalensi dan ambiguitas ini sebenarnya tereduksi begitu saja dengan dihadirkannya kalimat “hanya sekejap ku berdiri”. Silogisme lagu ini akan terasa janggal dan tidak valid jika pronominal ku ditujukan untuk menggantikan manusia. Sebab sangat jarang ditemui manusia yang hanya merelakan sedikit waktu dan melakukan sedikit pengorbanan untuk orang yang dijadikannya sebagai sandaran hati (bersifat kasuistis). Ditambah dengan konsekuensi kalimat kulakukan sepenuh hati, sehingga jelas bahwa pronominal –mu dalam lagu ini ditujukan untuk Tuhan.
Setelah pronominal -mu dimaknai sebagai Tuhan, maka makna dari reff lagu ini kurang lebih akan seperti berikut. Manusia seringkali tersesat dan menjadi jauh dari Tuhan, kealpaan ini disebabkan manusia tidak lagi mengenal hakikat kemanusiaannya. Konsekuensinya manusia hanya akan melakukan sedikit kewajibannya terhadap Tuhan (ibadah semisal sholat) . Padahal pemenuhan kewajiban ini tidak memerlukan banyak waktu (dalam bahasa Letto “hanya sekejap ku berdiri”), akan tetapi masih saja tidak dilakukan dengan tulus (kulakukan sepenuh hati).
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa Letto merupakan salah satu grup band baru yang mencoba memberikan warna baru bagi dunia musik Indonesia. Lagu sandaran hati merupakan salah satu lagu dari album pertama Letto yang dengan sangat jelas memuat semangat keagamaan. Tema dan pesan yang diangkat pun bukan sembarang tema, melainkan tema ketuhanan. Tema yang selama ini dirasa sulit, diungkapkan oleh Letto dengan bahasa sederhana dan dengan bahasa yang sedikit mengandung ambiguitas. Namun kesederhanaan bahasa ini tidak yang tidak mengurangi makna. Justru memberikan nilai lebih, karena lagu ini akan bisa dipahami oleh banyak kalangan dan pesannya yaitu bahwa manusia adalah mahluk yang sangat dekat dan senantiasa butuh terhadap Tuhan menjadi sangat relevan dengan pemahaman kebanyakan orang.


3 Response to "Sandaran Hati : Senandung Untuk Tuhan"

.
gravatar
MazDa puThun Says....

seandainya Pun LeTto MeLiaT aPa Yang Kau TuLiS, NiScaYa dYa aKan MeMiLihMu SebaGai....







VoKaLis KeduaNya...
(Aku Ra iSo mBayaNgKe Gus)
ee...ee...

Leave A Reply